Monday, September 29, 2014

If you don’t want to be a dad, don’t make her a mom

Zaman dulu sampai sekarang, masyarakat menggunakan bermacam cara untuk mencegah kehamilan, baik sebelum menikah atau yang sudah menikah. Mulai dari merendam sponge dalam alkohol sampai memasukkan objek ke dalam vagina. Tetapi dari cara yang ada, salah satu cara yang paling efektif adalah dengan menggunakan penutup penis dan membuat penghalang di dalam vagina agar sprema tidak bertemu dengan ovum ketika melakukan hubungan seksual.

Penggunaan kondom dengan benar dapat mencegah wanita untuk hamil. Dan biasanya wanita yang hamil itu terjadi karena pemakaian yang salah, seperti tidak menyisakan setengah inci pada ujung kondom, atau robek karena terkena sinar matahari. Kondom pria lebih efektif mencegah kehamilan karena kondom mencegah sperma bertemu dengan ovum karena dilindungi oleh kondom.

Tetapi cara yang paling efektif agar tidak hamil adalah tidak melakukan hubungan seksual (lol). Apalagi sebelum menikah. Cara yang paling baik adalah tidak melakukan sama sekali sebelum menikah dengan pasangan. Bagi pria yang tidak ingin menjadi ayah, jangan membuat pasangan Anda menjadi seorang ibu. Apalagi yang belum mapan secara keuangan. Menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah. Harus siap dalam segala aspek, mulai dari fisik, mental, keuangan, tanggung jawab, semuanya harus siap. Karena, semua hal akan berbeda ketika seorang anak lahir. Kurang tidur, pengeluaran akan semakin banyak, tanggung jawab bukan hanya kepada istri saja melainkan kepada anak juga. Banyak hal akan berubah ketika anak lahir.

Bagi pria terkadang mungkin hanya untuk memuaskan nafsu semata, dan ketika si wanita hamil, ada 2 pilihan yang dapat dipilih, tanggung jawab atau lari dari tanggung jawab. Sebenarnya si pria bisa saja melarikan diri setelah wanita hamil (dalam konteks masih pacaran), sangat gampang hanya untuk lari dari tanggung jawab. Pihak yang susah adalah wanita karena sudah ada kehidupan di dalam tubuhnya. Aborsi juga bukan solusi yang baik, melahirkan tapi tidak ada ayah juga kasihan anaknya ketika besar tidak mengenal ayahnya.

Jadi kesimpulannya, menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah, harus memiliki tanggung jawab yang besar. Jangan hanya ingin memuaskan nafsu semata tetapi tidak memikirkan konsekuensi yang akan terjadi jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Lebih baik juga no sex before marriage. If you don’t want to be a dad, don’t make her a mom. 

Friday, September 19, 2014

What are you looking for when you’re searching for partner?

Apa sih yang biasanya orang pertama kali lihat ketika sedang mencari pasangan atau seseorang yang menurut kita menarik? Bentuk wajah? Tinggi? Bentuk tubuh? Warna kulit? Status sosial? Ataukah uang?

Tidak usah dipungkiri bahwa yang pertama dilihat adalah bentuk wajah, baik itu mata, hidung, bibir, bahkan cara senyum. Kebanyakan melihat dari mata karena itulah yang pertama kali dilihat. Eyes are the window to the soul. Banyak hal yang bisa dilihat hanya dari mata. Selain itu, biasanya bentuk muka yang simetris dianggap lebih menarik baik itu wanita atau pria. Jika proporsi wajah mereka tidak simetris, mereka akan langsung dijudge yang tidak-tidak, seperti misalnya bentuk bibir yang naik sebelah dianggap sinis dan sebagainya. Padahal sebenarnya tidak seperti itu. Suara seseorang juga menentukan apakah dia menarik atau tidak. Wanita dengan suara yang lebih tinggi biasanya berpenampilan menarik demikian juga dengan pria bersuara rendah. Wanita dengan suara lebih tinggi memiliki tingkat estrogen yang tinggi dan pria dengan suara yang rendah memiliki tingkat testosteron yang tinggi. Dan biasanya pria dengan suara yang rendah memiliki keturunan yang lebih banyak dibanding dengan yang bersuara tinggi.

Apabila dari wajah sudah oke, maka turun ke badan. Biasanya pria akan melihat lekukan tubuh wanita, apakah berbentuk hourglass, apakah pinggangnya kecil dengan pinggul yang besar, apakah perutnya rata? Dan sebaliknya, wanita melihat apakah pria memiliki washboard abs, berbadan bagus? Atau malah ada yang suka dengan pria yang berisi. Selain dari itu, pria dan wanita juga melihat bagaimana cara berjalan, apakah penuh percaya diri, tegas, atau dengan bahu yang rendah dan tidak percaya diri. Biasanya ketika kita mengetahui bahwa kita diperhatikan lawan jenis, kita akan membuat cara jalan yang lebih baik, yang lebih dibuat-buat. Itu adalah hal yang wajar dan adalah salah satu bentuk flirting yang umum.

Bau dari seseorang juga mempengaruhi apakah dia menarik atau tidak. Jelas kita akan lebih suka dengan orang yang wangi daripada bau badan. Jika dia wangi, pasti memiliki satu nilai plus dan kita akan suka berdekatan dengan dia. Nah, ternyata bagi wanita yang sedang ovulating, mereka akan menyukai bau keringat pria yang biasanya akan dijauhi oleh wanita yang tidak sedang ovulating. Dan wanita akan tidak menyukai bau keluarga sendiri, dan cenderung akan menjauhi bau tersebut. Jika wanita menyukai bau keluarga sendiri, maka diduga incest.

Namun disamping itu semua, apalagi pada zaman sekarang, dari wajah dan bentuk tubuh saja tidak cukup. Akan menjadi nilai plus lagi jika ditunjang dengan status sosial yang lebih tinggi. Dalam film The Science of Sex Appeal dilakukan sebuah eksperimen mengenai pria dan pendapatannya. Jadi, sejumlah wanita yang dipilih adalah wanita yang random. Mereka diperlihatkan foto beserta informasi mengenai pendapatan per tahun. Dalam foto-foto tersebut terdapat pria yang termasuk menarik namun dengan pendapatan yang sedikit dan pria yang kurang menarik dengan pendapatan yang tinggi. Sesuai dengan perkiraan, hasilnya adalah wanita memberikan nilai yang tinggi kepada yang berpendapatan tinggi dan nilai yang rendah kepada yang berpendapatan rendah meski wajahnya menarik.

Nah, inti dari tulisan ini adalah semua pilihan ada di tangan masing-masing individu, dan setiap individu memiliki selera yang berbeda-beda. Jika sudah bertemu dengan pasangan yang dicintai, maka harus stay loyal, apalagi yang sudah berkeluarga, whatever reasons. So yeah, that’s it :)

Tuesday, September 16, 2014

Relationship Nowadays

Dalam kehidupan sekarang yang sudah dipengaruhi oleh lifestyle masyarakat Barat, muncul juga bermacam-macam istilah dalam sebuah hubungan, seperti hooking up, friends with benefit, dan sex buddy. Sebenarnya apa arti dari ketiga istilah tersebut? Dan apa perbedaan dari ketiganya?

Yang pertama adalah hooking up. Biasanya istilah ini digunakan untuk pasangan yang bertemu di club, pub, tempat “karaoke”, brothel, dan tempat-tempat untuk kehidupan malam. Pasangan hanya melakukan hubungan seksual pada malam itu saja, seperti one night stand. Bahkan terkadang pasangan tersebut tidak saling mengenal satu sama lain, hanya sekedar kenal nama atau hanya basa basi untuk memuaskan nafsu masing-masing individu. Keesokan harinya mereka seperti dua orang yang tidak saling kenal.

Jika hubungan mereka berlanjut, dan mereka menjadi teman, maka ini dikategorikan sebagai friends with benefit. Lifestyle yang kedua ini, pasangan adalah teman yang hanya untuk melakukan hubungan seksual saja, tidak terdapat emosi di dalamnya. Sama seperti film Friends with Benefit, yang diperankan oleh Justin Timberlake dan Mila Kunis. Status mereka hanya teman, bahkan mereka dapat saling mengenal karena masalah kerja. Setelah sering bertemu akhirnya mereka memutuskan untuk hanya melakukan hubungan seksual tanpa ada emosi di dalamnya. Mereka juga tidak official sebagai pacar. Mereka mungkin pergi makan bareng, nonton bareng, dan seks, bahkan terkadang teman-teman mereka juga tahu bahwa mereka messing around, tetapi tidak ada status sebagai pacar, hanya seks. Resiko dalam hubungan ini adalah pertemanan akan hancur jika salah satu dari mereka jatuh cinta kepada pasangan seksnya.

Tipe yang ketiga adalah sex buddy. Hampir sama dengan friends with benefit, namun pada sex buddy mereka tidak melakukan percakapan, tidak berteman. Lebih mengacu pada booty call. Misalnya malam-malam pria ini telepon minta wanita datang ke rumahnya untuk seks. Biasanya sex buddy tidak terdapat emotional attachment dan hanya sebagai booty call. Dalam hubungan ini, pasangan lebih melihat fisik satu sama lain. Kalau hot, ayuk. Kalau tidak, ya cari sampai dapat yang hot :D

Wednesday, September 10, 2014

Is he/she Gay???

Sering kita suka bergosip mengenai orang lain mengenai seksualitas mereka, terutama terhadap lelaki. Terkadang cara berjalan lelaki saja dikomentari, terlalu ayu dibilang gay, berbadan besar tetapi pakai kaos pink v-neck, gaya yang gemulai, sudah pasti disangka gay. Atau perempuan berambut pendek cepak, kurus, cara berpakaian seperti lelaki, pasti disangka lesbian. Sebenarnya hal tersebut belum tentu seperti yang kita pikirkan. Mungkin saja mereka sudah capek dengerin hal-hal yang hampir setiap hari mereka dengarkan, atau bahkan ketika orang bergosip mengenai mereka kedengaran sampai ke orangnya meski dengan suara kecil. “Is he gay?”, “Is she a lesbian?

Sebenarnya apa sih yang membuat seseorang menjadi homoseksual?
Nah, kita tidak pernah tahu apa yang terjadi dalam kehidupan setiap orang, meski adalah teman baik, saudara, atau siapapun yang merasa dekat dengan orang tersebut. Selalu ada suatu hal yang tidak diketahui oleh orang lain. Selalu ada bagian dari kehidupan orang tersebut yang tidak kita pahami. Ini adalah salah satu dari alasan mengapa ketika mereka coming out, orang terdekat akan sangat terkejut.

Awalnya, menjadi seorang homoseksual adalah sebuah pilihan (kecuali mereka yang memang tumbuh di keluarga yang homoseksual juga). Bisa saja mereka ketika kecil telah dilecehkan oleh orang lain. Kasus yang paling sering adalah pemerkosaan terhadap anak perempuan, dan menyebabkan trauma. Ketika tumbuh dewasa, dia akan sulit sekali untuk mempercayai lelaki karena sudah pernah dilecehkan sewaktu kecil dan akan berbekas sampai dewasa (dan lagi, kecuali mereka yang diterapi) dan membuat perempuan itu menjadi lesbian karena hanya merasa percaya terhadap perempuan. Selain itu, pengaruh lingkungan juga dapat membuat seseorang menjadi homoseksual. Sama seperti ketika orang yang tidak merokok berbaur dengan lingkungannya suka merokok, dia pasti akan ikut-ikutan merokok. Homoseksual juga seperti itu. Awalnya pasti coba-coba dengan lelaki, dan seterusnya akan menjadi homoseksual.

Biasanya dalam hubungan homoseksual, mereka akan sangat menjunjung tinggi loyalitas. Sehingga ketika ada salah satu dari mereka yang selingkuh, maka pasangan yang dikhianati tidak akan segan-segan untuk memukul bahkan membunuh orang yang selingkuh dengan pasangannya. Karena kenapa? Jumlah orang yang homoseksual sangat terbatas, tidak sebanyak yang heteroseksual, sehingga untuk mencari orang yang dapat memahami mereka terkesan sangat sulit.

Jadi bagaimana jika ada teman kita yang homoseksual? Pasti banyak yang merasa geli atau takut menjadi suka sama kita sehingga menjauhi teman tersebut. Tetapi hal yang paling benar dilakukan adalah bersikap seperti biasa, jangan dijauhi karena hanya seksualitasnya saja yang berubah, kepribadian orang tersebut juga masih sama seperti ketika dia belum come out dan berkata kepada dunia bahwa dia gay atau lesbian. Karena banyak yang belum terbuka mengenai homoseksual sehingga belum banyak yang dapat menerima. So treat them equally :)